Ketika bertrading saham, orang cenderung akan membeli saham di harga bawah atau murah dan menjualnya di harga yang tergolong tinggi atau bisa jadi ketika terdapat indikasi harga akan mengalami penurunan. Strategi itu tentu sudah merupakan common sense untuk dilakukan jika memang berniat cuan trading. Hal ini membuat para trader selalu bersiaga dalam membaca tren Bearish dan Bullish di pasar saham.
Tetapi sebelum pembahasan berlanjut lebih dalam, apakah kalian tahu apa yang dimaksud dengan tren bearish ataupun bullish di pasar saham? Tren bearish adalah ketika harga memiliki kecenderungan untuk turun pada jangka waktu tertentu atau bisa disebut downtrend dan bullish bersifat sebaliknya yaitu harga memiliki kecenderungan naik atau bisa disebut uptrend.
Baca Juga: Inilah Kelebihan Utama Aplikasi Data Saham Indonesia
Di artikel ini kita akan membahas bagaimana trader membaca pola pergerakan harga saham untuk mendeteksi tren bearish dan bullish di pasar saham. Tanpa berlama-lama yuk kita simak satu per satu indikator dan pola chart tren bearish dan bullish di pasar saham.
5 Pola Tren Bearish dan Bullish di Pasar Saham
- Double Top & Double Bottom Pattern
Pola Double top adalah pola bearish reversal yang menandakan bahwa harga akan turun setelah terjadinya bullish trend atau kenaikan harga pada chart saham selama beberapa waktu. Pola double top berbentuk seperti gunung dengan dua puncak diatasnya.
Hal ini menandakan pergerakan harga candlestick telah gagal menembus batas resisten sebanyak dua kali setelah naik kemudian turun dan naik lagi untuk berusaha menembus garis resisten kembali. Ketika gagal dan membentuk pola seperti ini maka biasanya akan terjadi rejection atau pola pembalikan arah tren dari yang semula cenderung bullish menjadi bearish dan sebaliknya untuk pola double bottom yang menunjukan akan terjadinya bullish reversal.
Baca Juga: Lima Tips Dasar Melakukan Forex Trading
- Bearish dan Bullish Pennant Pattern
Pola adalah pola penunjuk keberlanjutan tren penurunan harga ditandai dengan konsolidasi harga yang naik turun atau sideway. Tetapi pola ini memiliki kecenderungan mengerucut dimana range nilai harga tertinggi cenderung semakin merendah dan nilai harga terendah cenderung semakin meninggi seiring pergerakan harga.
Hal ini bisa menandakan bahwa harga akan bergerak melanjutkan tren bearish ke bawah dengan tingkat penurunan yang serupa dengan penurunan sebelumnya. Pola ini ditandai setelah terjadi tren yang kuat semisal di gambar diatas bisa kita lihat pola ini terbentuk sehabis terjadi penurunan besar, pola ini bisa dibilang sebagai pola kelanjutan dari tren sebelumnya.
- Rising & Falling Wedge Pattern
Pola Rising & Falling Wedge Pattern menunjukkan anda bahwa akan terjadinya trend reversal atau pembalikan tren misalnya kita bisa lihat pada Rising wedge harga telah mengalami bullish trend sebelumnya dan mengalami pergerakan berpola konsolidasi singkat dengan mengerucut ke arah atas. Pergerakan harga tersebut menandakan bahwa akan terjadinya pembalikan arah menjadi bearish trend. Sebaliknya, untuk Falling wedge harga telah mengalami tren penurunan dan dilanjutkan dengan konsolidasi yang mengerucut maka terjadi indikasi aka nada pembalikan tren bullish.
- Bearish dan Bullish Rectangle Pattern
Gambar di atas (kiri) mewakili pola Bullish Rectangle dan gambar kanan mewakili Bearish Rectangle Pattern. Pada pattern baik kiri maupun kanan terdapat kesamaan pola yaitu dimana harga akan mengalami sideway atau memantul antara satu range garis resisten dan support yang sama. Pergerakan harga sideway tersebut berlangsung hingga pada titik tertentu harga berhasil menembus garis support atau resisten.
Jika hal itu terjadi maka kemungkinan harga akan terus melanjutkan tren ke arah yang sama dengan garis yang ditembus. Jika berhasil menembus garis support maka harga akan melanjutkan trend downtrend dengan target ketinggian range harga yang sama dengan range jarak antara garis support dan resisten sebelumnya, hal ini berlaku sebaliknya jika harga menembus garis resisten.
- Head & Shoulder dan Inverted Head & Shoulder Pattern
Gambar di atas (kiri) mewakili pola Head & Shoulder dan gambar kanan mewakili Inverted Head & Shoulder pattern. Pada pattern baik kiri maupun kanan terdapat kesamaan pola Pada dasarnya pola ini menggambarkan pergerakan harga yang memiliki titik puncak harga tertinggi (untuk head & shoulder pattern) atau terendah (jika inverted head & shoulder pattern) dengan dua puncak lainnya.
Melihat pola ini maka kita bisa menduga tren bearish dan bullish di pasar saham. Jika harga bergerak seperti pada gambar kiri maka itu menandakan bahwa harga akan mengalami tren bearish yang cukup dalam. Begitu pula jika harga mengikuti pola seperti Inverted Head & Shoulder pattern maka harga akan mengalami kenaikan harga dengan target yang lumayan.
Kelima jenis pattern Chart ini paling umum ditemui ketika para trader menganalisa pergerakan harga di grafik pasar saham. Tentu saja untuk dapat mengidentifikasi pola diatas diperlukan pemahaman cara menentukan garis resisten dan support yang benar.
Di samping itu, trader juga bisa menggunakan indikator teknikal bantuan untuk mengidentifikasi akan terjadinya tren bearish dan bullish di pasar saham misalnya adalah sebagai berikut:
1. Stochastic Oscillator
indikator ini cocok digunakan untuk swing trading dan biasa digunakan bersamaan dengan analisa garis support dan resisten. Cara kerjanya adalah mengukur rerata rentang harga trading tertinggi dan terendah dan dibandingkan dengan harga penutupan candle maka dari situ trader akan mengetahui apakah saat itu harga saham telah mengalami overbought atau oversold dari garis atas atau bawah yang tampil pada indikator.
Baca Juga: Mengenal Pola Candlestick Lengkap dan Cara Membaca
Jika menyentuh garis atas bisa dikatakan overbought maka trader membuka posisi sell atau menjual saham yang dimilikinya dan sebaliknya jika menyentuh garis bawah maka oversold dan menjadi entry point yang baik untuk trader melakukan buy. Tetapi tentu saja masih harus dilakukan analisis lain yang memadai agar tidak sampai boncos.
2. Moving Average
Indikator ini cocok untuk investasi jangka lumayan panjang dalam hitungan periode waktu bulan atau juga bisa untuk trading jangka pendek. Dan disebut sebagai lagging indicator karena sifatnya yang kurang responsif kemana harga bergerak terlebih dahulu .
3. MACD
Indikator ini sepertinya cocok digunakan untuk semi-investing dengan jangka waktu yang lumayan panjang yaitu 2-3 minggu. Ketika pasar sedang dalam bullish kuat maka MACD akan memunculkan garis MACD yang curam menukik naik ke atas. Begitu pun sebaliknya, ketika market sedang tren bearish kuat, maka MACD akan memunculkan garis MACD yang tajam menukik turun ke bawah.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.
