Halo Sobat Pintar, apakah kamu pernah mencicil KPR, kendaraan, atau menabung rutin tiap bulan? Kalau ya, berarti kamu sudah bersentuhan dengan konsep anuitas. Agar keuanganmu lebih terencana dan tidak bingung, mari kita kupas bersama apa itu anuitas, bagaimana rumus matematikanya, dan bagaimana cara menghitungnya secara sederhana.
Apa itu anuitas dalam kehidupan sehari‑hari?
Secara sederhana, anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan yang sama jumlahnya, dilakukan secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Misalnya cicilan KPR setiap bulan atau setoran rutin untuk tabungan pendidikan. Dalam skema pinjaman dengan metode anuitas, jumlah angsuran tiap bulan biasanya tetap. Hanya saja komposisi antara bunga dan pokok berubah: di awal periode porsi bunga lebih besar, sedangkan di akhir porsi pokok lebih besar. Karena terjadi secara berkala dengan bunga, maka diperlukan konsep matematika untuk menghitungnya.
Rumus anuitas dalam matematika keuangan
Untuk memahami bagaimana anuitas bekerja, kita perlu mengenal beberapa istilah dan simbol dasar seperti:
- P atau PMT: jumlah pembayaran per periode
- r: suku bunga per periode
- n: jumlah total periode pembayaran
- PV: nilai sekarang dari rangkaian pembayaran
- FV: nilai di masa depan dari rangkaian pembayaran
Ada dua rumus dasar yang sering digunakan:
- Nilai sekarang anuitas (Present Value of Annuity) – ketika kita ingin tahu berapa nilai sekarang dari pembayaran rutin yang akan datang.
Rumusnya:
PV = P × [(1 − (1 + r)^(−n)) / r] - Nilai masa depan anuitas (Future Value of Annuity) – ketika kita rutin menabung dan ingin tahu berapa nilai tabungan di masa depan.
Rumusnya:
FV = P × [((1 + r)ⁿ − 1) / r]
Kedua rumus tersebut muncul dari konsep “uang hari ini lebih berharga daripada jumlah yang sama di masa depan” alias nilai waktu dari uang.
Cara menghitung besar cicilan pinjaman dengan rumus anuitas
Dalam praktik pinjaman seperti KPR atau kredit kendaraan, rumus yang sering dibutuhkan adalah untuk menghitung besar cicilan tiap periode. Jika kamu tahu jumlah pinjaman (PV), bunga per periode (r), dan jumlah periode (n), maka besar cicilan per periode (P) bisa dihitung dengan rumus:
P = PV × [r / (1 − (1 + r)^(−n))]
Mari kita uraikan:
- PV adalah jumlah pinjaman yang diterima di awal.
- r adalah tingkat bunga per periode, misalnya bunga 12% per tahun berarti r = 12% ÷ 12 = 1% per bulan.
- n adalah jumlah total periode pembayaran, misalnya 12 bulan, 36 bulan, atau 120 bulan.
Dengan rumus ini kamu bisa memperkirakan sendiri cicilan yang harus dibayar tiap bulan, kemudian membandingkannya dengan simulasi bank supaya tahu apakah penawaran kredit tersebut wajar bagi kondisi keuanganmu.
Contoh soal rumus anuitas agar lebih mudah dipahami
Supaya tidak cuma teori, mari kita gunakan contoh angka yang nyata.
Contoh 1: Menghitung cicilan per bulan
Misalnya kamu meminjam Rp12.000.000 dengan tenor 12 bulan dan bunga 12% per tahun (dibayar tiap bulan).
Artinya:
- PV = Rp12.000.000
- r = 12% ÷ 12 = 1% per bulan = 0,01
- n = 12 bulan
Masukkan ke dalam rumus cicilan:
P = 12.000.000 × [0,01 ÷ (1 − (1 + 0,01)^(−12))]
Hasilnya kira‑kira Rp1.066.185 per bulan.
Jadi kamu membayar sekitar Rp1.066.185 setiap bulan selama setahun. Komposisinya seperti ini:
- Bulan ke‑1: saldo awal Rp12.000.000. Bunga bulan pertama 1% × Rp12.000.000 = Rp120.000. Maka pokok yang dibayar = Rp1.066.185 − Rp120.000 = Rp946.185. Saldo akhir = Rp12.000.000 − Rp946.185 = Rp11.053.815.
- Bulan ke‑2: saldo awal Rp11.053.815. Bunga bulan kedua 1% × Rp11.053.815 ≈ Rp110.538. Pokok dibayar = Rp1.066.185 − Rp110.538 ≈ Rp955.647. Saldo akhir ≈ Rp10.098.168.
Dari dua bulan pertama itu kita sudah lihat pola khas anuitas: cicilan total tetap, tetapi bunga menurun dan pokok yang dibayar naik seiring jalannya waktu.
Perbedaan antara Anuitas Biasa dan Anuitas Awal
Dalam dunia keuangan, anuitas terbagi ke dalam dua jenis utama yang perlu kamu ketahui karena perbedaan waktu pembayarannya memengaruhi hasil perhitungan. Jenis yang pertama adalah anuitas biasa, di mana pembayaran dilakukan di akhir setiap periode.

Skema ini umum digunakan dalam cicilan pinjaman seperti KPR atau kredit kendaraan, di mana kamu biasanya membayar cicilan setelah satu bulan pemakaian. Sebaliknya, ada juga anuitas awal, yang mewajibkan pembayaran di awal periode.
Contohnya adalah sewa bangunan atau kontrak langganan, di mana pembayaran dilakukan sebelum periode pemakaian dimulai. Meski terlihat mirip, perbedaan waktu pembayaran ini berdampak pada nilai sekarang maupun nilai masa depan dari anuitas, terutama dalam perhitungan bunga yang akan diperoleh atau dibayarkan.
Untuk sebagian besar pinjaman konsumen, metode yang paling banyak digunakan tetaplah anuitas biasa karena lebih sesuai dengan alur kas bulanan kebanyakan orang.
Kenapa Tetap Perlu Memahami Rumus Anuitas?
Meski sekarang sudah banyak tersedia kalkulator online atau aplikasi keuangan yang bisa menghitung cicilan secara otomatis, memahami rumus anuitas tetap sangat penting. Dengan pemahaman dasar ini, kamu bisa memverifikasi sendiri apakah simulasi dari pihak bank masuk akal atau tidak. Kamu juga jadi tahu mengapa porsi bunga dan pokok berubah tiap periode, sehingga tidak merasa bingung ketika melihat rincian angsuran.

Selain itu, rumus ini juga berguna jika kamu ingin merencanakan tabungan rutin atau investasi jangka panjang, karena kamu bisa menghitung potensi hasilnya dengan lebih realistis. Bahkan ketika kamu membandingkan dua produk keuangan yang kelihatannya mirip, memahami cara kerja anuitas bisa membantumu menilai skema mana yang sebenarnya lebih menguntungkan.
Pada akhirnya, mengerti rumus anuitas bukan hanya soal berhitung, tapi tentang memahami logika di balik aliran uang yang kamu kelola setiap bulan. Dengan begitu, kamu bisa lebih percaya diri dalam membuat keputusan keuangan yang bijak dan terencana.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman daring bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.



