Sobat Pintar, Pernah kepikiran buat kerja di Jepang? Banyak orang membayangkan gaji di Jepang itu tinggi, stabil, dan menjanjikan. Tapi, apakah benar demikian? Yuk kita bahas secara lebih dalam soal berapa sih sebenarnya gaji di Jepang, terutama dengan merujuk pada UMR Jepang 2025 yang baru saja diumumkan.

Gaji di Jepang sangat dipengaruhi oleh lokasi, jenis pekerjaan, hingga pengalaman kerja. Untuk kamu yang sedang mempertimbangkan karier di negeri Sakura, informasi ini wajib kamu ketahui supaya bisa menyiapkan strategi keuangan dan kehidupan yang realistis selama bekerja di sana.
UMR Jepang 2025: Naik Lagi, Tapi Apakah Cukup?
Berbeda dari Indonesia yang punya UMR per provinsi, Jepang menetapkan upah minimum per jam berdasarkan prefektur. Tidak ada standar upah minimum nasional yang seragam, tetapi setiap tahun pemerintah Jepang melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Komite Upah Minimum Nasional akan menyepakati rata-rata target nasional. Prefektur kemudian menetapkan besarannya masing-masing.
Per Oktober 2025, rata-rata UMR Jepang secara nasional naik menjadi sekitar ¥1.121 per jam. Ini merupakan peningkatan sekitar 6,3 persen dibanding tahun sebelumnya dan menjadi angka tertinggi sepanjang sejarah upah minimum di Jepang.
Di Tokyo, sebagai kota dengan UMR tertinggi, upah minimum per jam kini mencapai ¥1.226. Prefektur Kanagawa tidak jauh berbeda dengan ¥1.225, diikuti Osaka, Aichi, dan Saitama yang semuanya berada di atas ¥1.100 per jam. Sementara itu, prefektur dengan UMR terendah seperti Kochi dan Okinawa masih menetapkan sekitar ¥900 hingga ¥950 per jam.
Jika dihitung dengan 40 jam kerja per minggu dan 4 minggu kerja per bulan, maka gaji minimum di Tokyo bisa mencapai ¥212.000-¥214.000 per bulan. Namun, ini belum termasuk potongan pajak, asuransi kesehatan, serta biaya transportasi dan lainnya.
Baca juga: Mau Jadi Konten Kreator, Yuk Ketahui Berapa Gaji Youtuber!
Rata-Rata Gaji di Jepang Berdasarkan Sektor
Selain UMR, gaji di Jepang juga ditentukan oleh jenis pekerjaan dan pengalaman. Misalnya, untuk pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus seperti cleaning service, pelayan restoran, atau operator pabrik, gaji berkisar ¥200.000-¥280.000 per bulan.

Bagi pekerja profesional di bidang teknologi informasi, akuntansi, atau teknik, gaji bisa mulai dari ¥300.000-¥500.000 per bulan. Bahkan untuk posisi senior atau yang bekerja di perusahaan multinasional, gaji tahunan bisa menyentuh angka ¥7-¥10 juta per tahun, atau sekitar ¥580.000-¥830.000 per bulan.
Yang menarik, gaji bulanan tersebut biasanya belum termasuk bonus. Banyak perusahaan Jepang memberikan dua kali bonus per tahun yang besarannya bisa mencapai satu hingga dua kali gaji bulanan. Namun, kebijakan ini sangat tergantung perusahaan tempat bekerja.
Baca juga: Daftar Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Indonesia
Apakah Gaji di Jepang Cukup untuk Biaya Hidup?
Kamu perlu tahu bahwa meskipun gaji di Jepang terlihat besar, biaya hidupnya juga tidak murah. Tinggal di kota besar seperti Tokyo, Osaka, atau Yokohama tentu membutuhkan anggaran yang lebih tinggi dibandingkan kota-kota kecil di wilayah pedesaan.
Sebagai contoh, sewa apartemen kecil di Tokyo bisa mencapai ¥80.000-¥120.000 per bulan. Biaya makan sehari-hari sekitar ¥1.500-¥2.000, dan transportasi bulanan bisa menghabiskan ¥10.000-¥20.000. Belum termasuk asuransi kesehatan yang wajib dibayar dan potongan pajak penghasilan yang bisa mencapai 10-20 persen tergantung status pekerjaan.
Dengan demikian, gaji minimum di Jepang, terutama di kota besar, cukup untuk bertahan hidup tapi mungkin tidak banyak menyisakan ruang untuk menabung jika tidak dikelola dengan cermat.
Tips agar Gaji di Jepang Bisa Lebih Maksimal
Supaya gaji yang kamu dapatkan di Jepang bisa mencukupi kebutuhan dan bahkan menyisakan untuk tabungan atau kiriman ke keluarga, kamu bisa menerapkan beberapa strategi berikut.
Pertama, pilih lokasi kerja yang menawarkan gaji tinggi tapi masih memiliki biaya hidup yang cukup terjangkau. Misalnya, prefektur seperti Saitama atau Chiba dekat Tokyo bisa jadi alternatif karena gaji tidak terpaut jauh, tapi biaya sewa relatif lebih murah.
Kedua, bekali diri dengan keahlian teknis yang dibutuhkan seperti bahasa Jepang, teknologi informasi, perawatan lansia, atau teknik industri. Pekerja dengan skill khusus cenderung mendapat gaji lebih tinggi dibanding pekerjaan umum.
Ketiga, manfaatkan program magang atau pelatihan bersertifikat dari Jepang yang bisa mempercepat proses rekrutmen dan memberikan akses langsung ke perusahaan yang kredibel. Selain itu, pertimbangkan untuk tinggal di share house atau asrama perusahaan jika disediakan, agar bisa menghemat biaya sewa.
Baca juga: Gaji Analis Kesehatan dan Jenjang Karirnya
Penutup: Apakah Gaji di Jepang Menjanjikan?
Jawabannya tergantung dari ekspektasimu dan kesiapanmu. Gaji di Jepang memang menarik terutama untuk pekerja dengan skill khusus, apalagi jika sudah lancar berbahasa Jepang. Namun kamu juga harus realistis bahwa biaya hidup, pajak, dan tanggungan lainnya cukup besar.
UMR Jepang 2025 menunjukkan tren kenaikan yang positif. Namun bagi kamu yang mengejar gaya hidup mapan dan ingin menabung banyak, bekerja di sektor bergaji minimum mungkin tidak akan cukup. Maka dari itu, penting untuk selalu meningkatkan keterampilan dan mencari peluang kerja di bidang yang lebih menjanjikan.
Semoga informasi ini bisa membantumu merencanakan langkah karier ke Jepang dengan lebih matang, Sobat Pintar!
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman daring bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.


