Halo Sobat Pintar, jika kamu tengah mencari instrumen simpanan yang lebih menarik daripada tabungan biasa namun tetap relatif aman, maka sertifikat deposito bisa jadi pilihan. Mungkin kamu sudah tahu tentang deposito berjangka, tetapi sertifikat deposito memiliki keunikan sendiri. Meskipun mekanismenya mirip, secara hukum dan praktik ada beberapa perbedaan yang penting untuk diketahui agar kamu bisa memilih dengan percaya diri.

Apa Itu Sertifikat Deposito?
Sertifikat deposito merupakan bentuk simpanan di bank yang diterbitkan dalam bentuk sertifikat atau surat berharga, yang menunjukkan bahwa seseorang atau sebuah perusahaan telah menyetor dana pada bank untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, bank menerbitkan sertifikat sebagai bukti dan menandakan bahwa dana tersebut dijaminkan untuk jangka waktu yang telah disepakati. Karena bersifat jangka waktu tetap, dana tersebut tidak bisa ditarik bebas seperti tabungan biasa. Sementara itu bunga yang ditawarkan biasanya lebih tinggi sebagai imbalan atas dana yang “terkunci”.
Yang membedakan dengan deposito biasa adalah kemampuannya untuk dipindahtangankan atau diperjualbelikan, tergantung ketentuan bank dan regulasi yang berlaku. Di beberapa bank, sertifikat deposito bahkan sudah bisa diterbitkan secara elektronik tanpa warkat fisik, sehingga memudahkan trader atau investor institusi untuk memperdagangkannya.
Baca juga: Investasi: Pengertian, Cara Kerja, Jenis-Jenis Investasi
Bagaimana Cara Kerjanya?
Ketika kamu membeli sertifikat deposito, pertama‑tama kamu menyetorkan dana sesuai jumlah minimum yang ditetapkan bank. Selanjutnya bank menerbitkan sertifikat sebagai bukti kepemilikan. Jangka waktu bisa bervariasi, misalnya satu bulan, tiga bulan, enam bulan atau satu tahun tergantung penawaran.
Umumnya bunga dibayarkan di muka atau dicatat secara terpisah dalam perhitungan sehingga ketika tenor jatuh tempo, kamu menerima dana pokok ditambah bunga yang telah disepakati. Karena bersifat surat berharga, kamu bisa menjualnya atau memindahkannya ke pihak lain bila tersedia mekanisme “secondary market” internal bank atau melalui platform investasi yang bekerja sama.
Karena bentuknya surat berharga, sertifikat deposito memiliki layanan yang mendekati instrumen pasar modal dalam hal fleksibilitas kepemilikan, tetapi tetap mempertahankan karakter keamanan dari simpanan bank.
Dalam praktiknya, sertifikat deposito dapat menjadi bagian penting dari portofolio investor konservatif yang mencari stabilitas lebih dari pertumbuhan spektakuler.
Perbedaan dengan Deposito Berjangka
Walaupun terlihat mirip, berbeda antara sertifikat deposito dan deposito berjangka cukup signifikan. Pertama, deposito berjangka biasanya atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan, sementara sertifikat deposito dirancang agar bisa diperjualbelikan atau dialihkan ke pihak lain. Kedua, pada deposito biasa bunga sering dibayarkan di akhir tenor atau dibagi secara periodik, sedangkan pada sertifikat deposito sering kali bunga dibayarkan di awal sebagai imbal hasil penyimpanan. Ketiga, fleksibilitasnya berbeda: deposito berjangka cenderung lebih kaku karena pencairan sebelum tenor biasanya dikenakan penalti, sedangkan sertifikat deposito, meskipun punyai keterbatasan likuiditas, punya opsi untuk dipindahtangankan sehingga bisa memberikan jalan keluar sebelum jatuh tempo.
Perbedaan lainnya adalah dari sisi penerbit. Tidak semua bank memperbolehkan sertifikat deposito. Umumnya bank umum besar yang sudah memiliki izin dan sistem kustodian akan menawarkan produk ini. Oleh karena itu penting bagi kamu untuk memastikan bank penerbit memiliki izin resmi dan produk sudah tercatat dalam sistem sesuai peraturan.
Baca juga: 10 Jenis Instrumen Investasi Untuk Investor
Keuntungan & Risiko yang Perlu Kamu Ketahui
Jika kamu memilih sertifikat deposito, ada beberapa keuntungan yang patut dipertimbangkan. Salah satunya adalah tingkat bunga yang biasanya lebih tinggi dibanding tabungan biasa. Karena produk ini bersifat jangka waktu tetap, bank dapat memberikan imbal hasil yang lebih kompetitif. Bagi investor yang menghindari fluktuasi pasar saham, instrumen ini terasa lebih aman. Ditambah lagi, kemampuannya untuk dipindahtangankan menambah fleksibilitas yang sering kali tidak dimiliki deposito reguler.
Namun produk ini bukan tanpa risiko. Pertama adalah risiko suku bunga. Bila suku bunga pasar naik setelah kamu membeli sertifikat dengan bunga tetap, maka imbal hasilmu akan terasa ketinggalan dibanding yang baru diterbitkan.
Kedua adalah risiko likuiditas. Meskipun bisa diperjualbelikan, belum tentu ada pembeli siap di pasar ketika kamu ingin menjual sebelum jatuh tempo, sehingga mungkin kamu harus menunggu atau menerima harga yang kurang menguntungkan.
Ketiga ada risiko penerbit yakni bank. Meski bank besar dan diatur oleh regulator, tetap ada risiko terutama jika bank mengalami tekanan likuiditas atau krisis keuangan. Oleh karena itu pastikan dana kamu dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam batas yang berlaku.
Penjaminan dan Pajak untuk Sertifikat Deposito
Dana yang ditempatkan dalam sertifikat deposito yang diterbitkan oleh bank yang sah biasanya dijamin oleh LPS hingga batas tertentu. Untuk kamu yang menyimpannya di bank yang sudah terdaftar, jaminan tersebut memberi perlindungan tambahan sekaligus memberi rasa aman. Namun penting untuk mencermati bahwa batas penjaminan dan syarat‑syaratnya bisa berbeda tergantung jenis produk dan apakah bunga yang diberikan melebihi tingkat bunga penjaminan.
Dari sisi pajak, bunga yang kamu terima dari sertifikat deposito dikenakan pajak final sesuai ketentuan pemerintah. Hal ini artinya bank akan memotong secara otomatis sebelum bunga dibayarkan kepada kamu sebagai pemilik sertifikat. Oleh karena itu ketika memperhitungkan imbal hasil bersih, jangan lupa menghitung setelah dipotong pajak.
Baca juga: Investasi Modal Kecil Profit Harian Dengan Modal Minim
Apakah Sertifikat Deposito Cocok untuk Portofoliomu?
Jawabannya bergantung pada profil dan kebutuhan finansialmu. Jika kamu punya dana yang bisa “diparkir” untuk jangka menengah dan ingin stabilitas lebih daripada pertumbuhan besar, maka sertifikat deposito adalah pilihan yang layak dipertimbangkan. Apabila kamu punya horizon investasi yang panjang dan siap menghadapi naik‑turunnya pasar, maka instrumen lain seperti reksa dana saham atau saham langsung mungkin lebih cocok.
Sertifikat deposito sangat cocok sebagai “wadah dana aman” atau bagian dari strategi diversifikasi. Misalnya kamu sudah memiliki investasi di saham dan reksa dana, maka sisihkan sebagian dana ke instrumen seperti ini agar portofolio kamu tidak terlalu volatil.
Baca juga: 5 Metode Penilaian Investasi Untuk Pemula
Yang terpenting, sebelum kamu membeli sertifikat deposito, baca dokumen produk dengan teliti: perhatikan jangka waktu, suku bunga, bank penerbit, mekanisme pindah tangan, dan syarat penjualan atau pelunasan sebelum jatuh tempo. Dengan memahami semua aspek, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih bijak.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman daring bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.



