Generasi Anak Milenial Akan Kaya Raya, Tapi Jalannya Nggak Mudah…

20 Mar 2019 by Kredit Pintar., Last edit: 17 Aug 2022

Generasi anak milenial merupakan generasi yang paling bokek dan paling kaya pada saat bersamaan.

Tentu paling kaya karena di era generasi milenial menginjak dewasa, para orang tua mereka, generasi boomers sebagai generasi terkaya sejauh ini, akan menyerahkan warisan kepada anak milenial mereka.

Sayangnya, nggak semua anak milenial (usia 22-37 tahun) cukup beruntung untuk mendapat warisan kekayaan dari orang tuanya.

Eits, tapi tenang! Karena generasi milenial masih berada pada jalan yang tepat menuju kekayaan di masa depan. Ini dia penyebabnya!

1. Sumber daya teknologi

Siapa lagi sih yang nggak lebih familiar dan bisa memanfaatkan teknologi dengan maksimal kalau bukan generasi milenial?

Oke, generasi Z mungkin lebih menggunakan teknologi lebih intens dari milenial, namun milenial lah yang saat ini lebih mendominasi dunia kerja dan bisnis dibanding anak-anak Z.

Dan nggak seperti generasi Z yang terlahir saat teknologi sudah berkembang pesat, generasi milenial masih mengalami zaman floppy disk (disket) dan jadi generasi yang cukup bijak memanfaatkan teknologi.

Jadi gimana dampak sumber daya teknologi untuk menjamin masa depan cerah bagi generasi milenial?

Pesatnya arus informasi, layanan instan, kemudahan komunikasi dan fleksibilitas tinggi jadi beberapa manfaat yang paling dimanfaatkan generasi milenial untuk mensupport kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam hal membangun kekayaan, beberapa layanan seperti aplikasi eCommerce, aplikasi pinjaman dan investasi online, aplikasi pencari kerja, bahkan media sosial merupakan hotspot bagi sebagian besar anak milenial.

Contoh yang paling dekat, jika pekerja milenial menginginkan peningkatan gaji dari pekerjaannya, mereka harus meningkatkan skill yang dimiliki. Teknologi bisa berperan signifikan dalam hal ini. Ketersediaan sumber gratis (open-source) yang menawarkan pengembangan kemampuan bisa diakses untuk mencapai tujuan peningkatan penghasilan.

2. Familiar dengan arena digital

2 jam 22 menit adalah waktu rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu di dunia digital, terutama di media sosial.

Sekitar 2,5 miliar orang yang punya smartphone pasti jarang terpisah dengan ponsel pintarnya. Bahkan muncul keresahan di kalangan generasi Z jika mereka terpisah dengan smartphone.

Data ini merupakan kesempatan bagi generasi anak milenial, terutama yang memiliki jiwa entrepreneurship.

Apa lagi sarananya kalau bukan online shop?

Menjamurnya aplikasi, website dan akun medsos eCommerce meningkatkan jumlah pembeli online hingga angka 11,9 persen populasi di Indonesia.

Model bisnis jualan online memang jadi tambang emas, terutama bagi generasi tech-savvy seperti milenial.

Kabar baiknya, bukan cuma toko online yang jadi potensi sumber pemasukan bagi anak-anak milenial. Youtuber, Blogger, maupun influencer menjadi profesi idaman generasi milenial dan penerusnya.

Coba aja tanyakan pada anak remaja sekarang kalau gede mau jadi apa! Sebagian jawaban akan didominasi oleh tiga profesi tersebut.

3. Inovasi untuk pasar anak muda

Milenial jadi generasi konsumer terkuat saat ini. Dominasi ini pun yang mengubah minat pasar secara dramatis.

Meski banyak bisnis jadi “nggak laku” akibat menurunnya minat milenial terhadap beberapa produk, banyak juga model bisnis baru yang berkembang pesat di era dewasa generasi anak milenial.

Berbagai model bisnis baru yang belum pernah terpikirkan oleh generasi sebelumnya malah jadi sangat laku untuk pelanggan milenial.

Misalnya aplikasi on-demand yang menyediakan layanan transportasi, layanan langganan digital yang menyediakan akses musik dan film tak terbatas, bahkan layanan subskripsi yang akan mengirimkan pakaian baru ke rumah setiap bulannya.

Generasi milenial membawa perspektif dan pendekatan tersendiri yang unik namun efektif ke pasaran yang juga didominasi oleh milenial. Pandangan baru inilah yang banyak dicari oleh perusahaan untuk mencakup pasar milenial.

Milenial memang memiliki banyak kesempatan jika ingin mencapai tujuan untuk menjadi generasi terkaya di masa depan. Meski hal ini mungkin, jalan yang ditempuh sepertinya nggak akan mudah. Beberapa tantangan terbesar yang harus dihadapi anak-anak milenial seperti…

1. Era talent war

Cari kerja zaman sekarang emang susah! Inilah permasalahan yang dihadapi oleh sekitar 15,2 persen populasi anak muda di Indonesia.

Di tengah akses kemudahan teknologi yang didapatkan, generasi milenial tumbuh di waktu yang kurang menguntungkan, yaitu era talent war.

Ini adalah waktunya bertahan hidup, di mana perusahaan akan memilih secara ketat calon-calon pekerja dengan kemampuan terbaik. Perusahaan cenderung memilih calon karyawan dengan grade A. Kalau tidak dapat, dengan banyak pertimbangan dan pengorbanan, mereka baru memilih grade B. Grade C ke bawah tidak akan menarik minat perusahaan.

Seorang fresh graduate dengan IPK cumlaude tidak akan begitu berharga ketimbang lulusan dengan IPK rata-rata yang sudah memiliki 2 tahun pengalaman kerja.

Era talent war ini adalah masa yang kompetitif di mana pertarungan skill akan benar-benar menentukan masa depan seseorang.

2. Dunia digital terlalu menyedot perhatian

Media sosial lagi-lagi jadi sumber permasalahan yang dihadapi generasi milenial.

Lama waktu yang dihabiskan anak-anak milenial di media sosial seringkali menyebabkan fokus untuk mencapai tujuan finansial mereka terganggu, bahkan teralih.

Kasus paling parah yang bisa ditemui pada generasi milenial adalah perasaan tertinggal akibat membandingkan hidup mereka dengan teman-teman di media sosial.

Perasaan tertinggal dan ingin ikut-ikutan teman justru jadi racun yang bisa mengubah jalan anak-anak milenial dalam mencapai tujuan finansial mereka.

3. Perbedaan generasi

Fakta yang harus dihadapi oleh generasi milenial adalah nggak semua orang dalam usia produktif adalah usia milenial.

Seringkali dalam dunia kerja, milenial harus bekerja sama dengan generasi X yang memiliki perbedaan drastis dalam kebudayaan bekerja.

Milenial lebih senang bekerja di lingkungan yang serba fleksibel, dari tempat maupun waktu kerja. Sayangnya, fleksibilitas ini sering dilihat oleh generasi X sebagai bentuk tidak antusiasme maupun tidak disiplin.

Milenial juga lebih sering berpindah pekerjaan dibanding generasi sebelumnya. Hal ini juga dipandang generasi pendahulu sebagai bentuk ketidak-loyalitasan pekerja milenial terhadap perusahaan.

Kenyataan ini yang bikin generasi X yang punya posisi tinggi di perusahaan untuk tidak mudah menerima pekerja berusia milenial yang bahkan mendekati gen Z.

4. Peningkatan biaya hidup

Pertumbuhan inflasi, kenaikan biaya hidup, standar gaji yang relatif rendah, harga properti yang tinggi merupakan rangkaian tantangan finansial yang harus di-tackle oleh anak-anak milenial.

Banyak pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan milenial demi “mengamankan” masa depan mereka.

Bahkan milenial saat menginjak usia 30 tahun sudah harus mulai menabung minimal 15% penghasilan agar bisa pensiun di usia 60 tahun.

Mulai investasi, tabungan deposito berjangka, mencicil rumah dengan KPR adalah beberapa jalan yang bisa ditempuh anak-anak milenial agar bisa hidup enak nantinya.


Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan tips mengatur keuangan lain yang bermanfaat. Ingin mengenal Kredit Pintar lebih dekat?

17 Aug 2022
mobile-close
Pinjam kilat 20 juta!Download