Kondisi Finansial Lemah Tapi Selalu Beli Baju Mahal, Apa Alasannya?

31 Jan 2019 by Kredit Pintar., Last edit: 17 Aug 2022

Sobat Pintar, di saat kondisi finansial lemah, membeli baju mahal adalah sebuah keputusan yang salah. Kamu juga pasti berpikiran demikian, kan? Skenario yang sama pasti juga pernah Kamu alami—atau paling tidak Kamu saksikan sendiri. Ketika tetanggamu sedang berada dalam kondisi finansial lemah, namun mereka selalu berpakaian layaknya orang dengan kondisi finansial yang lebih baik. Ini bukan cuma soal tampil baik di hadapan khalayak ramai. Alasannya lebih dalam dari itu.

Kemiskinan, atau istilah halusnya yang dari tadi kita bahas: kondisi finansial lemah, bukan cuma soal rendahnya pemasukan atau kemalangan finansial. Berada dalam kondisi finansial lemah untuk waktu yang cukup lama bisa membentuk pandangan masyarakat terhadap orang tersebut, maupun pandangan orang tersebut kepada dirinya sendiri. Orang-orang dalam kondisi finansial lemah juga dihalangi beragam batasan sosial yang terbentang luas, lebih luas dari cakupan lembaran yang ada dalam dompet mereka. Kondisi ini membuat mereka mengalami stress dan tekanan sosial yang nggak pernah dialami orang-orang dengan kondisi finansial lebih baik.

Namun paragraf di atas nggak cukup memberi alasan mengapa orang-orang dalam kemiskinan (atau kondisi finansial lemah) mengambil keputusan yang bagi kita tampak salah dengan membeli barang-barang mahal!

Sebuah Keputusan yang Salah

Dari permukaan, keputusan orang yang kurang beruntung dari segi finansial untuk membeli pakaian branded mahal memang terlihat salah. Kita saja yang berada dalam kondisi finansial baik paham betul kalau beli baju mahal untuk hanya untuk penampilan sehari-hari rasanya buang-buang duit, kan? Namun coba kita lihat lebih dekat dengan apa yang mereka alami.

Masyarakat sudah membentuk pandangan kalau orang dengan kondisi keuangan lemah dekat dengan sifat malas, lemah, dan berada di bagian piramida ekonomi bawah. Orang-orang dengan kondisi finansial lebih baik juga memandang orang-orang tersebut setingkat (atau lebih) di bawah strata sosial mereka. Otomatis perlakuan masyarakat juga berbeda terhadap orang dengan kondisi keuangan kurang beruntung.

Pada dasarnya, nggak ada orang yang mau diperlakukan berbeda. Akui aja, banyak layanan yang lebih mudah didapatkan kalau seseorang tampil sebagai seseorang yang punya kondisi keuangan baik. Berangkat dari sini, orang-orang dengan kemampuan finansial rendah memaksakan diri untuk tampil “baik”, bahkan melebihi kondisi keuangan mereka. Ini merupakan sifat alami manusia untuk bertahan hidup: untuk tampil setara dengan manusia lain, meskipun harus menembus batas kemampuan keuangan mereka.

Sifat alami untuk bertahan hidup

Manusia, seperti halnya makhluk lain, memiliki naluri alami untuk bertahan hidup. Seperti berusaha keras untuk tampil sama dan membaur dengan manusia lain, berapapun uang yang diperlukan. Kecenderungan ini diperlukan supaya mendapatkan perlakuan yang sama dari manusia lain. Selain sifat tersebut, ada juga sifat dasar lain yang dipandang sebagai keputusan yang salah di saat kondisi finansial melemah. Mereka melakukan apapun yang mereka bisa agar tidak mendapat stigma “kelas rendah” dari manusia lain. Meskipun itu seringkali menyiksa mereka secara keuangan.

Kecuali Kamu Bob Sadino, orang-orang akan berpikiran Kamu kaya meskipun mengenakan celana pendek.

Selain pakaian mahal untuk menunjang penampilan, ada juga beberapa barang lain yang jadi simbol kekayaan, seperti smartphone, barang-barang elektronik, dan kendaraan bermotor. Masyarakat tanpa kecuali memang mengasosiasikan strata sosial dan kemampuan finansial dengan kepemilikan barang tersebut. Orang-orang golongan finansial lemah juga berusaha keras untuk memiliki barang di atas agar mendapat validasi dari masyarakat dan agar keberadaan mereka dianggap.

Masalah utama: menghindari masalah keuangan

Terkadang, dengan tidak melihat masalah yang dihadapi, masalah tersebut bisa dihindari untuk sementara waktu. Memang bukan sebuah solusi untuk sebuah masalah, apalagi masalah keuangan. Namun ini yang banyak dilakukan oleh sebagian besar orang. Saat kondisi finansial miris di akhir bulan, Kamu juga enggan kan untuk mengecek rekeningmu? Ini dilakukan agar pikiran tentang uang dan segala masalah yang membuntutinya tidak mengganggu kehidupan.

Itulah mengapa banyak orang golongan finansial lemah membeli televisi ukuran besar di rumah mereka. Selain jadi statement untuk mendapat validasi masyarakat, keberadaan televisi juga sebagai distraksi agar mereka tidak terus menerus berpikir mengenai masalah keuangan yang dihadapi. Padahal faktanya, menghindari masalah keuangan dapat diasosiasikan dengan kebiasaan mengabaikan kondisi finansial, membuat keputusan keuangan yang salah, pengeluaran yang berlebih dan kesulitan mengatur keuangan.

Pada akhirnya, masalah-masalah yang ditimbulkan akibat menghindari masalah keuangan adalah sebab utama seseorang bisa terjerumus ke dalam kondisi finansial yang lemah.

Hal yang perlu dilakukan

Kalau langsung berurusan dengan keuangan terasa menyiksa, mungkin cara ini bisa dicoba untuk, paling tidak, memperbaiki kondisi keuangan yang ada:

  • Mulai dengan tujuan

Kamu mungkin punya tujuan keuangan, seperti memiliki tabungan dengan jumlah sekian kali gaji. Ketika Kamu memiliki tujuan keuangan, Kamu akan lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan uang, seperti mengatur keuangan, melacak pengeluaran, jadi lebih hemat, karena yang Kamu tidak langsung menghadapi uangmu, melainkan tujuan yang ingin Kamu raih.

  • Tantang dirimu

Salah satu cara untuk mengurangi pengeluaran tanpa merasa kesulitan menekan budget ada, Kamu bisa menetapkan tantangan dalam menekan pengeluaran. Kalau biasanya uang makan plus uang jajan sebulan mencapai porsi setengah kali gaji, Kamu bisa menantang dirimu dengan mengurangi biaya makan hingga setengah kali. Setelahnya, Kamu bisa menetapkan sejenis reward setelah berhasil menaklukan tantangan tersebut.

  • Terus tambah sumber pendapatan

Penyebab utama seseorang tidak mau berurusan dengan masalah keuangan adalah karena mereka merasa tidak memiliki sumber penghasilan yang cukup untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka. Cara yang paling ampuh untuk menghadapi masalah ini adalah dengan terus menambah sumber pendapatan, baik itu dengan kerja sampingan, maupun membangun sumber penghasilan pasif.


Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman dan menjadi platform pendanaan yang menguntungkan. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan tips mengatur keuangan lain yang bermanfaat. Ingin mengenal Kredit Pintar lebih dekat?

17 Aug 2022
mobile-close
Pinjam kilat 50 juta!Download