Sobat Pintar pernah belanja untuk beli barang baru dan tiba-tiba muncul keinginan untuk membeli barang lain untuk melengkapinya? Hal ini wajar kok bisa terjadi, dan demi membongkar kebiasaan belanja seperti ini, Sobat Pintar perlu pemahaman konsepnya terlebih dahulu.
Coba bayangkan Sobat Pintar pindah rumah. Setelah melihat kamar yang baru dan masih kosong, seketika muncul keinginan untuk menggunakan kesempatan pindahan ini sebagai alasan untuk mendekorasi ulang kamar. Tiba-tiba kasur baru, gorden baru hingga karpet baru sudah menghiasi kamar yang baru. Padahal barang-barang lama masih berfungsi dengan baik.
Contoh lain ketika membeli baju, tiba-tiba ingin membeli sepatu, celana, dan aksesoris agar cocok dengan baju baru tersebut. Padahal Sobat Pintar masih memiliki barang-barang tersebut di rumah.
Mayoritas orang pasti pernah mengalami hal ini. Dorongan perilaku seperti ini dinamakan Efek Diderot. Efek Diderot merupakan fenomena sosial dimana ‘pengenalan’ terhadap kepemilikan barang baru mendorong seseorang untuk membeli barang tambahan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Teori ini dicetuskan oleh Denis Diderot, seorang filsuf ternama di Perancis pada masanya. Seumur hidup, dirinya hidup dalam kemiskinan. Suatu ketika dia mendapat hadiah berupa sebuah jubah merah yang indah. Setelah mendapat jubah itu Diderot merasa kalau barang-barang di rumahnya tidak bisa menyamai keindahan dari jubahnya. Seketika dia membeli perabotan baru yang harganya cukup mahal hanya untuk menyamai keindahan dari jubahnya. Tanpa disadari, dirinya pun terjebak dalam hutang karena membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dia butuhkan. Sejak saat itu fenomena ini dinamakan Efek Diderot.
Seperti yang sudah disinggung, efek Diderot menyebabkan keinginan spiral yang tak berkesudahan akan barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Keinginan ini cukup kuat sehingga mampu mendorong orang untuk benar-benar membeli barang-barang baru. Tentunya jika tidak dikendalikan, efek ini akan berdampak buruk bagi keuangan pribadi.
Lantas bagaimana cara menghindari efek ini?
Sebenarnya salah satu faktor pembelian yang tak direncanakan ini adalah kemudahan dalam pembelian dan pembayaran. Kemudahan belanja online jadi salah satu faktor pendukung terjadinya efek ini. Walaupun efek ini tidak dibatasi dengan belanja online saja, namun kehadiran eCommerce jadi dorongan kuat untuk efek ini. Kemudahan pembayaran juga jadi faktor penting. Mudahnya mengakses uang di rekening, apalagi dengan adanya transaksi non-tunai, makin mengafirmasi efek ini.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan tips mengatur keuangan lain yang bermanfaat. Ingin mengenal Kredit Pintar lebih dekat?